Langsung ke konten utama

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

KONSEP STRATEGI BELAJAR MENGAJAR DAN  TAHAP-TAHAP MENGAJAR

KONSEP STRATEGI BELAJAR-MENGAJAR
A.    Pengertian Strategi Pembelajaran
Ada tiga unsur yang dapat dicermati dalam pengertian strategi pembelajaran, yaitu istilah strategi, belajar dan pembelajaran. Pengertian strategi dalam dunia pendidikan yang diartikan sebagai suatu seni dan ilmu untuk membawakan pengajaran dikelas sedemikian rupa sehingga tujuan yang ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Secara umum strategi memiliki pengertian suatu garis-garis haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan ( Djamarah dan Zain 2010). Dihubungkan dengan belajar-mengajar, strategi dapat diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru peserta didik dalam perwujudan kegiatan belajar-mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut T. Raka Joni (1992) strategi sebagai pola dan urutan umum perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar-mengajar yang telah ditetapkan. Kemudian, menurut J.R David dalam W. Gulo (2002 : 2) strategi belajar- mengajar meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan .
Dari berbagai pendapat di atas dapat digarisbawahi bahwa strategi pembelajaran adalah urutan kegiatan yang sistematik, pola-pola umum kegiatan guru yang mencakup tentang urutan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hal ini mencakup: urutan kegiatan pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan waktu yang digunakan oleh guru dalam menyelesaikan setiap langkah kegiatan pembelajaran. Dari uraian tersebut terdapat empat hal pokok yang sangat penting yang dapat dan harus dijadikan pedoman untuk pelaksanaan belajar dan pembelajaran, yaitu sebagai berikut :
Pertama, spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang bagaimana diinginkan sebagai hasil belajar-mengajar. Dalam hal ini terlihat apa yang dijadikan sebagai sasaran dari kegiatan belajar pembelajaran. Kedua, memilih cara pendekatan belajar pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai tujuan. Bagaimana cara guru memandang suatu persoalan, pengertian, konsep dan teori apa yang digunakan dalam memecahkan suatu permasalahan, akan mempengaruhi hasilnya. Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur, metode atau teknik belajar pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif. Keempat, menerapkan norma-norma atau criteria keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya. 
B.     Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan Model Pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yakni : pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa ( student centered approach ) dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Wina Sanjaya (2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu : exposition-discovery learning dan group-individual learning.
Kemudian metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran.
C.    Prinsip-Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran
Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan strategi pembelajaran. Prinsip umum strategi pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua keadaan. Setiap strategi memiliki kekhasan masing-masing. Maka, guru perlu memahami prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran sebagai berikut.
1.      Berorientasi pada Tujuan
Dalam sistem pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama. Segala aktivitas pembelajaran, mestilah diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
2.      Individualitas
Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu peserta didik. meskipun mengajar pada sekelompok peserta didik, namun pada hakikatnya yang ingin dicapai oleh pendidik adalah perubahan perilaku setiap peserta didik.
3.      Aktivitas
Strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas peserta didik. Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada akivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental.
4.      Integritas
Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, akan tetapi juga meliputi pengembangan aspek afektif dan psikomotor. Sehingga, strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian peserta didik secara terintegrasi.
D.    Implementasi Belajar Pembelajaran
Tahap pengelolaan dan pelaksanaan proses belajar-mengajar dapat dirinci sebagai berikut :
1.      Perencanaan, meliputi antara lain :
a.       Mempersiapkan dan mengkomunikasikan rencana-rencana yang akan dilakukan.
b.      Menetapkan apa yang mau dilakukan, kapan dan bagaimana cara melakukan.
c.  Membatasi sasaran dan menetapkan pelaksanaan kerja untuk mencapai hasil yang maksimal.
d.      Mengembangkan alternative-alternatif.
2.      Pengorganisasian, meliputi antara lain :
a.   Menyediakan fasilitas, perlengkapan, dan tenaga kerja yang diperlukan untuk menyusun kerangka kerja dalam melaksanakan rencana-rencana melalui proses penetapan kerja.
b.   Pengelompokan komponen kerja ke dalam struktur organisasi secara teratur.
c.    Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi.
d.   Merumuskan, menetapkan metode dan prosedur.
3.      Pengarahan, meliputi antara lain :
a.      Menyusun kerangka waktu dan biaya secara rinci.
b. Memprakarsai dan menampilkan kepemimpinan dalam melaksanakan rencana dan pengambilan keputusan.
c.     Membimbing, memotivasi dan melakukan pengawasan.
4.      Pengawasan, meliputi antara lain :
a.      Mengevaluai pelaksanaan kegiata.
b.   Melaporkan penyimpangan untuk tindakan koreksi dan merumuskan tindakan koreksi, menyusun standar-standar dan saran-saran.
( Dirangkum dari buku Strategi Belajar Mengajar : Nunuk Suryani dan Leo Agung S. 2012, hlm.1-14 )

TAHAP-TAHAP MENGAJAR
A.      Tahapan Mengajar
Secara umum ada tiga pokok dalam strategi mengajar yakni:
1.    Tahap Permulaan ( Prainstruksional )
Tahap prainstruksional adalah tahapan yang ditempuh guru pada saat ia memulai proses belajar dan mengajar. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru atau oleh siswa pada tahapan ini:
a.      Guru menanyakan kehadiran siswa dan mencatat siapa yang tidak hadir. Kehadiran siswa dalam pengajaran, dapat dijadikan salah satu tolok ukur kemampuan guru mengajar. Tidak selalu ketidakhadiran siswa, disebabkan kondisi siswa yang bersangkutan (sakit, malas, bolos), tetapi bisa juga karena pengajaran dan guru tidak menyenangkan, sikapnya tidak disukai siswa, atau karena tindakan guru pada waktu mengajar dianggap merugikan siswa (penilaian tidak adil, memberi hukuman yang menyebabkan frustasi, rendah diri).
b.      Bertanya kepada siswa, sampai dimana  pembahasan pelajaran sebelumnya. Dengan  demikian guru mengetahui ada tidaknya kebiasaan belajar siswa di rumahnya sendiri.
c.     Mengajukan pertanyaan kepada siswa di kelas, atau siswa tertentu tentang bahan pelajaran yang sudah diberikan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sampai di mana pemahaman materi yang telah diberikan. 
d.   Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasainya dari pengajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya.
e.   Mengulang kembali bahan pelajaran sebelumnya secara singkat tapi mencakup semua bahan aspek yang telah dibahas sebelumnya. Hal ini dilakukan sebagai dasar bagi pelajaran yang akan dibahas hari berikutnya nanti, dan sebagai usaha dalam menciptakan kondisi belajar siswa. 
Tujuan tahapan ini  adalah mengungkapkan kembali tanggapan siswa terhadap bahan yang telah diterimanya, dan menumbuhkan kondisi belajar dalam hubungannya dengan pelajaran hari itu. Tahap prainstruksional dalam strategi mengajar mirip dengan kegiatan pemanasan dalam olah raga. Kegiatan ini akan mempengaruhi keberhasilan siswa.
2.    Tahap Pengajaran ( Instruksional )
Tahap instruksional adalah tahap pengajaran atau tahap inti, yakni tahapan memberikan bahan pelajaran yang telah disusun guru sebelumnya. Secara umum dapat diidentifikasi beberapa kegiatan sebagai berikut:
a.       Menjelaskan pada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa. 
b.      Menuliskan pokok materi yang akan dibahas hari itu yang diambil daribuku sumber yang telah disiapkan sebelumnya. 
c.   Membahas pokok materi yang telah dituliskan tadi. Dalam pembahasan materi itu dapat ditempuh dua cara yakni:  (1)  pembahasan dimulai dari gambaran umum materi pengajaran menuju kepada topik secara lebih khusus, (2) dimulai dari topik khusus menuju topik umum. 
d.      Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh konkret. Demikian pula siswa harus diberikan pertanyaan atau tugas, untuk mengetahui tingkat pemahaman dari setiap pokok materi yang telah dibahas.
e.       Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan setiap pokok materi sangat diperlukan. 
f.   Menyimpulkan hasil pembahasan dari pokok materi. Kesimpulan ini dibuat oleh guru dan sebaiknya pokok-pokoknya ditulis dipapan tulis untuk dicatat siswa. Kesimpulan dapat pula dibuat guru bersama-sama siswa, bahkan kalau mungkin diserahkan sepenuhnya kepada siswa. 
3.    Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut
Tujuan tahapan ini ialah untuk mengetahui  tingkat keberhasilan dari tahap instruksional. Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini, yaitu:
a.       Mengajukan pertanyaan kepada kelas, atau kepada beberapa siswa, mengenai semua pokok materi yang telah dibahas pada tahap kedua.
b.    Apabila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa kurang dari 70%, maka guru harus mengulang kembali materi yang belum dikuasai siswa. Teknik pembahasan ditempuh dengan berbagai cara. Cara yang pertama, dijelaskan oleh guru sendiri atau menyuruh siswa yang sudah dianggap menguasai untuk menjelaskannya pada kegiatan terjadwal. Kedua, diadakan diskusi kelompok membahas pokok materi yang belum dikuasai. Ketiga, memberikan tugas atau pekerjaan rumah, yang berhubungan dengan pokok materi yang belum dikuasai melalui kegiatan mandiri. Cara mana yang dipilih diserahkan sepenuhnya kepada guru.
c.    Untuk memperkaya pengetahuan siswa materi yang dibahas ; guru dapat memberikan tugas atau pekerjaan rumah yang ada hubungannya dengan materi yang telah dibahas.
d.      Akhiri pelajaran dengan menjelaskan atau member tahu pokok materi yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya. Informasi ini perlu agar siswa dapat mempelajari bahan tersebut dari sumber-sumber yang dimilikinya.
B.       Pendekatan Mengajar
Bruce Joice dan Marsha Weil (2008) mengemukakan adanya empat macam model  atau pendekatan mengajar, yaitu :
1.      Pendekatan Ekspositori atau Model Informasi
Pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru atau pengajar. Hakikat mengajar menurut pandangan ini adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Dalam pendekatan ini siswa diharapkan dapat menangkapdan mengingat informasi yang telah dilakukan guru, serta mengungkapkan kembali apa yang telah dimilikinya melalui respons yang siswa berikan pada saat diberikan pertanyaan oleh guru.
2.      Pendekatan Inquiry atau Discovery ( Penyelidikan atau Penemuan
Pendekatan ini bertolak pada pandangan bahwa siswa sebagai subjek dan objek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Proses pembelajaran harus dipandang sebagai stimulus yang dapat menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Peranan guru lebih banyak menempatkan diri sebagai pembimbing atau pemimpin belajar dan fasilitator belajar.
3.      Pendekatan Interaksi Sosial
Pendekatan interaksi social hampir memiliki persamaan dengan pendekatan inquiry terutama social inquiry. Pendekatan ini menekankan terbentuknya hubungan antara individu atau siswa yang satu dengan siswa yang lain sehingga dalam konteks yang lebih luas terjadi hubungan sosial-individu dengan masyarakat. Oleh karena itu, proses belajar-mengajar hendaknya mengembangkan kemampuan dan kesanggupan siswa untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau siswa lain, mengembangkan sikap dan perilaku yang demokratis,serta menumbuhkan produktivitas kegiatan belajar siswa.
4.      Pendekatan Tingkah Laku ( Behavioral Models )
Pendekatan ini menekankan pada teori tingkah laku, sebagai aplikasi dari teori belajar behaviorisme. Tingkah laku individu pada dasarnya dikontrol oleh stimulus dan respons yang diberikan individu. Penguatan hubungan stimulus dengan respons merupakan proses belajar yang menyebabkan perubahan tingkah laku. 
C.      Prinsip Mengajar
Beberapa prinsip mengajar utama yang digunakan guru antara lain :
1.    Motivasi
  Kegiatan belajar-mengajar dapat terjadi apabila siswa ada perhatian dan dorongan terhadap   stimulus belajar. Motivasi merupakan kekuatan mental yang menjadi penggerak untuk belajar. Kekuatan mental berupa keinginan atau cita-cita. Guru harus berusaha menimbulkan dan mempertahankan dorongan untuk belajar siswa. Hal ini dilakukan sebelum mengajar dan ketika pelajaran itu sedang berlangsung. Agar guru dapat menarik perhatian siswa dengan: penggunaan media, memberikan pertanyaan pada siswa, membuat variasi belajar siswa, dan pengulangan informasi. Kemudian, motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam diri sendiri untuk menyadari betapa pentingnya kegiatan belajar. Sedangkan, motivasi ekstrinstik adalah dorongan dari luar
2.    Individualitas
Setiap individu berbeda dari segi psikis dan fisik. Dari perbedaan itu muncullah perbedaan kemampuan sikap, perhatian, kebiasaan, cara belajar, motivasi, minat. Individualitas memberi kesempatan kepada siswa cara belajar yang serasi dengan kemampuan. Prinsip ini dapat digunakan guru dalam beberapa hal misalnya: guru memberikan tugas individual, pengelompokan belajar siswa, mengembangkan proses belajar sendiri, diberi independensi study atau diberi kesempatan belajar secara bebas. Prinsip ini bisa diberikan secara simultan.
3.    Kooperasi dan Kompetisi
Kooperasi  siswa dituntut bisa bekerjasama untuk memecahkan masalah. Kerjasama tidak hanya dituntut untuk hasil belajar optimal, tapi bisa juga memupuk rasa gotong-royong, sikap demokratis, saling menghargai, membiasakan terampil dalam interaksi sosial. Kompetisi yaitu persaingan, dapat juga diterapkan dalam proses belajar-mengajar asalkan dalam persaingan kelompok bukan dalam persaingan individual misalnya: tugas kelompok mana yang paling baik.
4.    Prinsip korelasi dan integrasi
Korelasi merupakan apa yang dipelajari siswa harus dihubungkan dengan apa yang sudah dikuasainya dan dipelajarinya atau dihubungkan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Integrasi semua bahan yang sudah dipelajari itu tidak terrpisah satu sama lain (menyatu). Semua yang telah dipelajari itu penting.
5.    Prinsip aplikasi dan transformasi
Aplikasi berfungsi untuk memperkuat ingatan atau daya ingat. Ingatan kita akan kembali apabila dihadapkan pada situassi yang serupa. Prinsip transformasi bisa ditunjang dengan latihan. Sedangkan, prinsip aplikasi pada hakekatnya menerapkan prinsip atau konsep bahan pemecahan masalah. Prinsip aplikasi dan transformasi penting untuk mencapai hasil belajar yang tahan lama.
( Dirangkum dari buku Strategi Belajar Mengajar : Nunuk Suryani dan Leo Agung. 2012, hlm. 18-33 )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HIDUP ADALAH SENI MENGGAMBAR TANPA PENGHAPUS ~JOHN GARDNER~

"Hidup Adalah Seni Menggambar Tanpa Penghapus" - John Gardner- Baru saja saya tidak sengaja membaca kalimat yang sangat mengena buat saya pribadi dan bisa saya jadikan acuan dalam menjalani hidup ini. Kalimat ini saya peroleh dari tweet seorang teman, dia mengutip kalimat dari John Gardner. Saya sendiri kurang tahu apakah John Gradner yang dimaksud adalah John Gardner yang merupakan seorang novelis asal Inggris yang terkenal dengan novel-novel James Bond-nya ataukah John Gardner yang merupakan novelis asal Amerika Serikat. Entah John Gardner yang mana, yang penting kutipan kalimatnya berarti bagi saya. Kalimat John Gardner tersebut adalah berikut ini: "Life is the art of drawing without an eraser" (Bahasa Inggris) Kalau saya coba artikan dalam bahasa-bahasa lain kurang lebih artinya menjadi seperti ini: "Leven is de kunst van het tekenen zonder een gum" (Bahasa Belanda) "La vie est l'art du dessin sans une g...

MAKALAH MICRO TEACHING

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Keterampilan berbahasa memiliki empat komponen salah satunya komponen berbicara. Kemampuan berbicara berkembang setelah keterampilan menyimak. Kegiatan berbicara sangat berhubungan dengan ekspresi lisan sehingga kemampuan berbicara berhubungan erat dengan perkembangan kosa kata yang diperoleh sang anak, dimulai dari kosa kata lalu membentuk kalimat kemudian membentuk sebuah paraghraph. Banyak cara yang dilakukan dalam kegiatan meningkatkan berbicara yang efektif dan lugas bagi peserta didik salah satunya diskusi kelompok. Diskusi kelompok sangat bermanfaat bagi perkembangan kemampuan berbicara sang anak, dimana anak dilatih untuk berpikir secara kritis karena salah satu tujuan dari diskusi kelompok yaitu untuk memecahkan suatu permasalahan melalui proses berpikir kelompok. Pada intinya, diskusi kelompok adalah suatau kegiatan kerja sama atau aktifitas untuk menyelesaikan suatu permasalahan melalui proses berpikir ke...

MAKALAH ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (TUNADAKSA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang paling sempurna. Di antara makhluk lainnya manusialah yang memiliki bentuk dan struktur yang paling sempurna. Maka dari itu sebagai manusia yang bersyukur kita wajib menggunakan pemberian itu dengan sebaik-baiknya dengan cara merawat serta mengembangkan potensinya semaksimal mungkin pada kenyataannya masih banyak manusia yang memiliki keterbatasan dalam hal fisik maupun mental, salah satunya penyandang tunadaksa disekitar kita. Tunadaksa (cacat tubuh) adalah salah satu bentuk keterbatasan manusia yang   terjadi pada fisiknya, seperti pada sistem otot, tulang dan persendian akibat dari adanya penyakit dari kecelakaan, bawaan sejak lahir atau kerusakan di otak. Kelainan atau kecacatan yang disandang oleh seseorang memiliki dampak langsung (primer) dan tidak langsung (sekunder) baik terhadap diri anak yang memiliki kecacatan itu sendiri maupun terhadap keluarga dan masyarakat....