Langsung ke konten utama

MAKALAH MICRO TEACHING



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Keterampilan berbahasa memiliki empat komponen salah satunya komponen berbicara. Kemampuan berbicara berkembang setelah keterampilan menyimak. Kegiatan berbicara sangat berhubungan dengan ekspresi lisan sehingga kemampuan berbicara berhubungan erat dengan perkembangan kosa kata yang diperoleh sang anak, dimulai dari kosa kata lalu membentuk kalimat kemudian membentuk sebuah paraghraph. Banyak cara yang dilakukan dalam kegiatan meningkatkan berbicara yang efektif dan lugas bagi peserta didik salah satunya diskusi kelompok.
Diskusi kelompok sangat bermanfaat bagi perkembangan kemampuan berbicara sang anak, dimana anak dilatih untuk berpikir secara kritis karena salah satu tujuan dari diskusi kelompok yaitu untuk memecahkan suatu permasalahan melalui proses berpikir kelompok. Pada intinya, diskusi kelompok adalah suatau kegiatan kerja sama atau aktifitas untuk menyelesaikan suatu permasalahan melalui proses berpikir kelompok yang mengandung langkah-langkah dasar tertentu yang harus dipatuhi oleh seluruh kelompok.
Diskusi kelompok merupakan salah satu cara dimana manusia dapat mengemukakan beberapa pendekatan untuk mengetahui keseluruhan suatu pokok pembicaraan dengan jalan mengetahui segala hal yang dikatakan oleh orang yang mempunyai pendapat yang berbeda dan pengalaman-pengalaman yang berbeda, kemudian diarahkan dengan satu tujuan pemikiran yang sama secara berkelompok.
Dalam pelaksanaan diskusi kelompok ada beberapa teknik yang perlu dipahami oleh ketua atau pemimpin diskusi kelompok maupun partisipan agar dalam menangani masalah tidak mengalami kesulitan. Salah satunya dengan mengetahui tugas pemimpin diskusi kelompok maupun partisipan dalam diskusi. Untuk itu kami menyajikan materi ini sebagai tambahan ilmu ataupun sebagai bahan materi untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran mengenai diskusi kelompok dalam membahas keterampilan memimpin diskusi kelompok besar dan kecil.




B.     Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian diskusi kelompok besar dan kecil?
2.      Apa saja komponen keterampilan memimpin diskusi kelompok besar dan kecil?
3.      Apa tujuan dan manfaat keterampilan memimpin diskusi kelompok besar dan kecil bagi siswa?
4.      Apa hal-hal yang perlu diperhatikan dan dihindari dalam keterampilan memimpin diskusi kelompok besar dan kecil?

C.    Tujuan
1.      Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Micro Teaching.
2.      Untuk mengetahui pengertian diskusi kelompok besar dan kecil.
3.      Untuk mengetahui apa saja komponen keterampilan memimpin diskusi kelompok besar dan kecil.
4.      Untuk mengetahui tujuan dan manfaat keterampilan memimpin diskusi kelompok besar dan kecil bagi siswa.
5.      Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dan dihindari dalam keterampilan memimpin diskusi kelompok besar dan kecil.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Diskusi Kelompok Besar dan Kecil
1.      Pengertian Diskusi Kelompok
Diskusi merupakan suatu metode yang diterapkan oleh guru saat mengajar di kelas dimana dalam penerapannya adanya kerjasama antara murid dan guru itu sendiri. Diskusi adalah suatu percakapan yang dilakukan oleh dua, tiga orang atau lebih yang memiliki tujuan yang sama untuk memecahkan masalah.
Menurut Tohirin (2007: 291) diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana siswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama.
Menurut Moh. Uzer Usman diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah[1].
Menurut Dewa Ketut Sukardi (2008: 220) diskusi kelompok adalah suatu pertemuan dua orang atau lebih, yang ditunjukkan untuk saling tukar pengalaman dan pendapat, dan biasanya menghasilkan suatu keputusan bersama.
Menurut beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan diskusi kelompok adalah suatu bentuk kegiatan yang bercirikan suatu keterikatan pada suatu pokok masalah atau pertanyaan, dimana anggota-anggota atau peserta diskusi itu secara jujur berusaha memperoleh kesimpulan setelah mendengarkan dan mempelajari, serta mempertimbangkan pendapat-pendapat yang dikemukakan dalam diskusi.
  
2.      Peranan Pemimpin Diskusi Kelompok
Peranan pemimpin diskusi kelompok antara lain:
1.      Menyusun rencana diskusi baik fisik maupun non-fisik, seperti waktu, tempat, biaya, acara, jumlah anggota, penetapan tujuan, dan alat-alat bantu yang diperlukan.
2.      Mengemukakan tujuan-tujuan diskusi termasuk penyampaian topik, tata tertib, dan proses yang harus diikuti.
3.      Memelihara, mengontrol, menilai diskusi, sehingga tetap pada jalur diskusi yang ditentukan dan tidak menyimpang dari tujuan.
4.      Mengatasi situasi-situasi sulit, misalnya pertentangan pendapat atau pembicaraan dikuasai oleh seseorang.
5.      Membuat rangkuman hasil diskusi, didalamnya tercakup semua pendapat dan keputusan yang telah disepakati bersama, termasuk rencana diskusi berikutnya.
6.      Melaporkan proses dan hasil diskusi kepada pihak pembimbing.

3.      Ciri - ciri Diskusi Kelompok yang Efektif
Keberhasilan diskusi kelompok dapat dilihat dari segi hasil dan proses diskusi:
a.       Dari segi hasilnya, diskusi yang efektif ialah :
·         Masalah yang didiskusikan dapat terpecahkan.
·         Ada keputusan yang dapat direalisasikan.
·         Waktu diskusi tidak diperpanjang.
·         Semua peserta diskusi menerima dan menghormati keputusan diskusi, meskipun di luar tempat dan waktu diskusi.
b.   Dari segi prosesnya, diskusi yang efektif ialah:
·         Semua peserta mengambil bagian secara aktif.
·         Pertentangan pendapat dan ketegangan dapat diatasi,sebelum diskusi selesai.
·         Diskusi memberikan rasa puas diantara anggotanya.
·         Keterampilan para siswa makin bertambah.

4.      Pengertian Diskusi Kelompok Besar
Menurut Sudrajat (2010) jenis diskusi kelompok besar dilakukan dengan memandang kelas sebagai satu kelompok. Pada diskusi kelompok besar ini, guru sekaligus sebagai pemimpin diskusi. Siswa yang dipandang cakap, dapat saja ditugasi guru sebagai pemimpin diskusi. Guru sebagai pemimpin diskusi, berperan dalam memprakarsai terjadinya diskusI, untuk itu guru dapat mengajukan permasalahan-permasalahan serta mengklarifikasinya sehingga mendorong anak untuk mengajukan pendapat. Pada saat diskusi kelompok besar, tidak semua siswa menaruh perhatian yang sama, karena itu tugas guru sebagai pemimpin diskusi untuk membangkitkan perhatian anak terhadap masalah yang sedang didiskusikan. Di samping itu, distribusi siswa yang ingin berpendapat perlu diperhatikan. Diskusi kelompok besar dalam hal pembicaraan sering didominasi oleh anak-anak tertentu, akibatnya tidak semua anak berkesempatan untuk berpendapat. Salah satu cara untuk menghindari keadaan itu, pemimpin diskusi perlu mengatur distribusi pembicaraan. Tugas terberat bagi pemimpin diskusi adalah menumbuhkan keberanian peserta untuk mengemukakan pendapatnya. Praktik diskusi kelompok besar tidak sedikit anak-anak yang kurang berani berpendapat dalam berdiskusi. Terlebih bagi anak yang kurang menguasai permasalahan yang menjadi bahan diskusi.
Tujuan yang ingin dicapai dalam diskusi kelompok besar adalah:
a.       Dapat memperoleh informasi yang berharga dari teman diskusi dan pembimbing diskusi.
b.      Dapat membangkitkan motivasi dan semangat peserta diskusi atau siswa untuk melakukan sesuatu tugas.
c.       Mengembangkan kemamampuan siswa berpikir kritis,mampu melakukan analisis dan sintesis  atas data atau informasi yang diterimanya.
d.      Mengembangkan keterampilan dan keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat secara jelas dan terarah.

5.      Pengertian Diskusi Kelompok Kecil
Menurut Edi Soegiarto dan Yuliarni Nurani diskusi kelompok kecil adalah bentuk mengajar klasikal biasa yang memungkinkan guru dalam waktu yang sama menghadapi beberapa kelompok kecil yang belajar secara berkelompok[2]
Diskusi kelompok kecil merupakan suatu proses yang teratur dengan melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi yang kooperatif yang optimal dengan tujuan berbagai informasi atau pengalaman, mengambil keputusan atau memecahkan suatu masalah[3].
Diskusi kelompok kecil dapat dipandang sebagai sebuah variasi dari pola interaksi yang penting dikembangkan dalam proses belajar mengajar. Variasi proses belajar mengajar dengan cara diskusi kelompok kecil dapat menumbuhkembangkan pemikiran peserta didik untuk berpikir lebih kritis dan lebih rasional.
Tidak semua pembicaraan yang dilakukan oleh sekelompok kecil orang dapat disebut sebagai diskusi. Agar dapat disebut sebagai diskusi kelompok kecil, syarat-syarat berikut harus dipenuhi:
1)      Melibatkan kelompok yang anggotanya berkisar antara 3-9 orang.
2)      Berlangsung dalam situasi tatap muka yang informal.
3)      Mempunyai tujuan yang mengikat anggota kelompok sehingga terjadi kerja sama untuk mencapainya.
4)      Berlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis menuju kepada tercapainya tujuan kelompok[4].
Diskusi kelompok kecil bermanfaat bagi siswa untuk:
1)      Mengembangkan kemampuan berpikir dan berkomunikasi
2)      Meningkatkan disiplin
3)      Meningkatkan motivasi belajar
4)      Mengembangkan sikap saling membantu, dan
5)      Meningkatkan pemahaman[5].
Ada beberapa prinsip membimbing diskusi kelompok kecil yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik jika ingin memakai variasi diskusi kelompok kecil dalam kelasnya:
1)      Laksanakan diskusi dengan suasana yang menyenangkan.
2)      Berikan waktu yang cukup untuk merumuskan dan menjawab permasalahan.
3)      Rencanakan diskusi kelompok kecil dengan sistematis.
4)      Bimbinglah dan posisikan diri guru sebagai teman dalam diskusi[6]
Menurut Muhammad Uzer Usman ada empat keterampilan yang harus dimiliki oleh guru dalam mengajar keterampilan membimbing diskusi kelompok besar dan kecil, yaitu keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi dan keterampilan menjelaskan. Apabila salah satu dari empat keterampilan ini tidak dimiliki oleh guru maka dalam membimbing diskusi kelompok kecil tidak akan terlaksana dengan baik[7].
Pada saat mengajar diskusi kelompok kecil guru bertindak sebagai operator dalam pembelajaran tersebut. Syaiful Bahri Djamarah mengatakan bahwa guru perlu memiliki dan menerapkan beberapa keterampilan diantaranya:
1)      Keterampilan mengadakan penelitian secara pribadi.
2)      Keterampilan mengorganisasi.
3)      Keterampilan membimbing dan membantu.
4)      Keterampilan kurikulum[8].

B.     Komponen-Komponen Keterampilan Diskusi Kelompok Besar dan Kecil
Dalam membimbing diskusi kelompok besar dan kecil secara efektif ada beberapa komponen yang harus dimiliki oleh guru diantaranya:
1.      Memusatkan perhatian,
2.      Memperjelas masalah atau uraian pendapat,
3.      Menganalisis pandangan,
4.      Meningkatkan uraian,
5.      Menyebarkan kesempatan berpartisipasi,
6.      Menutup diskusi[9].
Komponen tersebut diurutkan berdasarkan proses diskusi dan setiap komponen keterampilan harus di miliki guru dalam membimbing diskusi kelompok didalam kelas dan harus dikuasai secara utuh. Untuk itu disini akan diuraikan lebih lanjut mengenai komponen-komponen keterampilan membimbing diskusi kelompok besar dan kecil.

1.      Memusatkan perhatian
Selama kegiatan diskusi berlangsung guru senantiasa harus berusaha memusatkan perhatian dan aktivitas pembelajaran siswa pada topik atau permasalahan yang didiskusikan. Setiap pembicaraan harus dilakukan oleh anggota diskusi dan diarahkan untuk membahas topik permasalahan yang akan dipecahkan. Maka dari itu apabila terjadi pembicaraan yang menyimpang dari sasaran diskusi maka pemimpin diskusi harus segera meluruskan dan mengingatkan peserta diskusi mengenai sasaran yang akan dicapai.
Usaha memusatkan perhatian siswa haruslah dilakukan dengan cara yang dapat membuat siswa tertarik mengikuti pembelajaran terutama dalam diskusi kelompok kecil karna itu dalam keterampilan memusatkan perhatian terdapat beberapa aspek yang dapat menunjang jalannya pemusatan perhatian anak dengan baik[10].
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memusatkan perhatian siswa diantaranya:
a.    Merumuskan tujuan diskusi yaitu merumuskan tujuan yang dicapai dan topik diskusi, atau dapat pula  menyampaikan masalah yang mengundang pertanyaan yang mendorong peserta diskusi berpikir untuk mencari jawabannya.
b.    Menetapkan topik atau permasalahan yaitu topik yang didiskusikan diusahakan harus menarik minat, menantang siswa dan memperhatikan tingkat perkembangan siswa. Topik bisa dirumuskan dalam bentuk pertanyaan dan pernyataan. Melalui topik yang dirumuskan tersebut dapat mendorong dan menggugah rasa ingin tahu siswa sehingga akan secara aktif mencari informasi, belajar, dan memecahkannya.
c.    Mengidentifikasi arah pembicaraan yang tidak relevan dan menyimpang dari arah diskusi. Hasil dari identifikasi dapat dijadikan masukan bagi pimpinan untuk meluruskan pembicaraan, pertanyaan, atau komentar lainnya sehingga kegiatan diskusi senantiasa terjaga dan terfokus pada masalah diskusi.
d.   Merangkum hasil diskusi, meramgkum tidak hanya pada akhir diskusi saja tetapi selama proses diskusi berlangsung hasil pembicaraan yang ini segera dirangkum sehingga pada akhir diskusi akan dapat menyimpulkan secara lengkap dan akurat.

2.      Menganalisis masalah atau uraian pendapat
Pada saat diskusi berjalan kadang-kadang pertanyaan, komentar, pendapat, atau gagasan yang disampaikan peserta diskusi ada kalanya kurang jelas sehingga selain mengaburkan pada topik pembahasan kadang-kadang juga menimbulkan ketegangan atau permasalahan baru dalam diskusi.
Untuk memperjelas setiap pembicaraan dari peserta diskusi pimpinan diskusi atau guru dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
a.       Menguraikan kembali pendapat atau ide yang kurang jelas sehingga menjadi jelas dipahami oleh seluruh peserta diskusi.
b.      Megajukan pertanyaan pelacak untuk meminta komentar siswa untuk lebih memperjelas ide atau pendapat yang disampaikannya.
c.       Memberikan informasi tambahan berkenaan dengan pendapat atau ide yang disampaikannya seperti melalui ilustrasi atau contoh sehingga dapat lebih memperjelas terhadap ide yang disampaikan itu[11].

3.      Menganalisa pandangan siswa
Perbedaan pendangan peserta didik dalam diskusi sering timbul. Perbedaan-perbedaan ini dapat dimanfaatkan untuk memaksimalkan alternatif jawaban terhadap masalah yang dibahas sehingga peserta didik kreatif dengan berpartisipasi aktif, untuk itu guru dapat melakukan :
a.       Meneliti apakah pandangan yang dikemukakan oleh siswa cukup memiliki dasar argumentasi yang kuat.
b.      Memperjelas hal-hal yang disepakati dan hal-hal yang tidak disepakati.

4.       Meningkatkan uraian
Salah satu manfaat dapat dipetik dari diskusi adalah melatih siswa untuk berpikir kritis dan berpartisipasi aktif. Agar tujuan dapat tercapai maka guru sebagai pembimbing diskusi harus mendorong siswa mempertajam atau menyempurnakan uraian yang disampaikan. Untuk memfasilitasi keaktifan siswa ikut serta dalam kegiatan diskusi yang dilakukan, ada beberapa aspek yang dapat ditempuh oleh guru atau pimpinan diskusi antara lain:
a.       Mengajukan pertanyaan kunci yang menantang siswa untuk berpendapat atau mengajukan gagasannya.
b.      Memberikan contoh atau ilustrasi baik bersifat verbal maupun non verbal,dimana melalui contoh atau ilustrasi tersebut mengugah siswa untuk berpikir.
c.       Menghangatkan suasaana diskusi dengan memunculkan pertanyaan yang memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat diantara sesama anggota kelompok.
d.      Memberi waktu yang cukup bagi setipa anggota kelompok untuk berpikir dan menyampaikan buah pikirannya.
e.       Memberikan perhatian kepada setiap pembicara sehinggga merasa dihargai dan dengan demikian dapat lebih mendorong siswa untuk berpartisipasi memberikan sumbang pemikiran untuk forum diskusi yang dilakukan.

5.      Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
Apabila pembicaraaaan dalam diskusi hanya dimonopoli oleh peserta didik tertentu maka proses diskusi tidak akan berjalan lancar atau tidak efektif dan efffesien. Oleh karena itu untuk mendorong partisipasi secara aktif dari setiap anggota kelompok dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a.       Memberi stimulus yang ditujukan kepada siswa tertentu yang belum berkesempatan menyampaikan pendapatnya,sehingga siswa tersebut terdorong untuk mengeluarkan buah pikirannya.
b.      Mencegah monopoli pembicaraan hanya kepada orang-orang tertentu dengan cara terlebih dahulu memberi kesempatan kepada siswa yang dianggap pendiam untuk berbicara.
c.       Mendorong siswa untuk merespon pembicaraan dan temannya yang lain sehingga terjadi komunikasi dan interaksi diantara peserta diskusi.
d.      Menghindari respon siswa yang bersifat serentak agar setiap siswa secara individu dapat mengemukakan pikirannya secara bebas berdasarkan pemahaman yang dimilikinya[12].

6.      Menutup diskusi
Kegiatan terakhir dari diskusi adalah menutup diskusi. Diskusi dikatakan efektif dan efesien apabila semua peserta diskusi dapat menyampaikan ide atau pemikirannya sehingga setelah berakhir didapatkan kesimpulan sebagai hasil berpikir bersama. Adapun kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh guru dalam menutup diskusi adalah:
a.     Membuat rangkuman sebagai kesimpulan atau pokok-pokok pikiran.
b.    Menyampaikan catatan tindak lanjut dari kegiatan diskusi yang telah dilakukan baik dalam bentuk aplikasi maupun rencana diskusi pada pertemuan berikutnya.
c.     Melakukan penilaian terhadap proses maupun hasil diskusi yang dilakukan seperti melalui observasi, wawancara, skala sikap dan lainnya[13].

C.    Tujuan dan Manfaat Keterampilan Memipin Diskusi Kelompok Besar dan Kecil bagi Siswa
Tujuan memimpin diskusi kelompok besar dan kecil adalah:
a.       Setiap peserta dapat saling berbagi informasi atau pengalaman dalam menjelajahi gagasan baru atau masalah yang harus dipecahkan oleh mereka.
b.      Peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk berpikir dan berkomunikasi.
c.       Peserta didik terlibat dalam perencanaan dan penganbilan keputusan[14].
Ada bebrapa manfaat bagi siswa dalam melaksanakan diskusi kelompok besar dan kecil antara lain:
a.       Mengembangkan kemampuan berpikir dan berkomunikasi.
b.      Meningkatkan disiplin.
c.       Meningkatkan motivasi belajar.
d.      Mengembangkan sikap saling membantu.
e.       Meningkatkan pemahaman[15].


D.    Hal-Hal yang Perlu Diperhatiakan dan Dihindari dalam Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Besar dan Kecil
Hal-hal yang perlu diperhatikan guru dalam diskusi kelompok besar dan kecil agar dapat efektif dan efisien adalah guru harus sering menjalankan fungsinya sebagai pembimbing. Sebagai pembimbing, yang harus diperhatikan guru adalah sebagai berikut:
1.      Diskusi Harus Dilakukan dalam Suasana Terbuka
Diskusi yang baik harus dilaksanakan dalam suasana bebas terpimpin, suasana intim yang ditandai dengan kehangatan antar pribadi, kesediaan menerima pendapat orang lain, menghargai pendapat orang, antusias terhadap topik diskusi, memiliki kesempatan untuk berpartisipasi, dan menikmati diskusi.
2.      Perlunya Perencanaan yang Meliputi:
a)      Pemilihan topik atau masalah yang akan didiskusikan. Untuk ini tiga hal yang perlu dipertimbangkan, adalah: minat anak didik, kemampuan anak didik, dan bermakna.
b)      Dapat memastikan bahwa guru dan anak didik telah memiliki latar belakang informasi untuk mendiskusikan topik secara baik. Pada permulaan diskusi, kelompok dapat menentukan apa yang dapat dihasilkan dari diskusi, dan dapat memecahkan topik menjadi subtopik untuk diteliti sebelumnya.
c)      Diskusi kelompok kecil harus dipersiapkan secara baik; diperlukan narasumber, pertanyaan kunci dan bahan yang tepat untuk mengatur sikuen diskusi, yang bertujuan membimbing dan memberi stimulasi pada tanggapan anak didik.
d)     Dalam mempersiapkan diskusi, ditetapkan dulu besarnya kelompok. Dalam hal ini tidak ada ketentuan yang pasti berapa besar anggota kelompok. Semuanya dapat dipengaruhi oleh pengalaman, kedewasaan, keterampilan anggota, intensitas minat dalam diskusi, latar belakang pengetahuan topik, tingkat keserasian kelompok, pemahaman, dan keterampilan guru dalam memimpin diskusi kelompok kecil.
e)      Pengaturan tempat duduk. Untuk meningkatkan perhatian dan partisipasi, anak didik harus duduk saling berhadapan sehingga dapat saling melihat atau memandang[16].
Selain hal-hal yang perlu diperhatikan di atas, guru juga harus memperhatikan hal-hal yang perlu dihindari dalam memimpin diskusi kelompok besar dan kecil, yaitu:
a)      Menyelenggarakan diskusi dengan topik yang tidak sesuai dengan minat dan latar belakang pengetahuan anak didik.
b)      Mendominasi diskusi melalui pertanyaan yang terlalu banyak, dan menyediakan jawaban yang terlalu banyak juga, sehingga anak didik tidak diberi kesempatan.
c)      Membiarkan anak didik tertentu memonopoli diskusi.
d)     Gagal berdiskusi karena rendahnya sumbangan pikiran anggota dalam artian membiarkan peserta didik tidak aktif.
e)      Membiarkan diskusi menyimpang jauh dari topik pembicaraan.
f)       Tergesa-gesa meminta respons siswa atau mengisi waktu dengan terus berbicara, sehingga siswa tak sempat berpikir.
g)      Mengabaikan anak didik untuk mengklasifikasi, untuk memperbaiki, memperluas, dan menyumbangkan pikiran mereka.
h)      Gagal mengakhiri diskusi secara produktif dengan rangkuman yang baik dan menutup secara efisien[17].


  
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Diskusi kelompok adalah suatu bentuk kegiatan yang bercirikan suatu keterikatan pada suatu pokok masalah atau pertanyaan, dimana anggota-anggota atau peserta diskusi itu secara jujur berusaha memperoleh kesimpulan setelah mendengarkan dan mempelajari, serta mempertimbangkan pendapat-pendapat yang dikemukakan dalam diskusi. Keberhasilan diskusi kelompok dapat dilihat dari segi hasil dan proses diskusi. Diskusi kelompok terbagi menjadi dua bagian, yaitu diskusi kelompok besar dan kecil. Jenis diskusi kelompok besar dilakukan dengan memandang kelas sebagai satu kelompok. Sedangkan diskusi kelompok kecil merupakan pembagian dari kelompok besar yang dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Komponen dalam memimpin diskusi kelompok besar dan kecil ada 6, yaitu memusatkan perhatian, memperjelas masalah atau uraian pendapat, menganalisis pandangan, meningkatkan uraian, menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dan menutup diskusi. Tujuan dan manfaat memimpin diskusi kelompok besar dan kecil adalah setiap peserta dapat saling berbagi informasi atau pengalaman dalam menjelajahi gagasan baru atau masalah, mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk berpikir dan berkomunikasi, peserta didik terlibat dalam perencanaan dan penganbilan keputusan, meningkatkan disiplin, meningkatkan motivasi belajar, mengembangkan sikap saling membantu, dan meningkatkan pemahaman. Hal-hal yang perlu diperhatiakan dan dihindari dalam keterampilan memimpin diskusi kelompok besar dan kecil adalah berkaitan dengan diskusi harus dilakukan dalam suasana terbuka, dan perencanaan dalam melalukan diskusi kelompok besar dan kecil.

B.     Saran
1.      Seorang calon dan seorang guru harus memiliki keterampilan dalam memimpin diskusi dalam kelompok besar dan kecil.
2.      Pembagian kelompok diskusi kecil sebaiknya ditentukan secara merata anak-anak yang aktif dan pasif, sehingga tidak ada suatu kelompok atau siswa yang mendominasi berbicara dalam berdiskusi, dapat mengaktifkan siswa dan sikap toleransi serta sifat sosial diantara mereka.


[1] Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 94.
[2] Edi Soegiarto dan Yuliarni Nurani, Kemampuan Dasar Mengajar, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2002) hlm. 11-12.
[3] Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 88.
[4] Udin S. Winatapura, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2002), hlm. 20-21.

[5] Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar, (Bandung : Alfabeta, 2009), hlm. 23.

[6] Anissatul Mufarrokah, Strategi Belajar Mengajar (Yogyakarta : Teras, 2009), hlm. 173.

[7] Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm.108.

[8] Syaiful Bahri Djamrah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm.6.

[9] Udin S. Winata Saputra, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta :  UT, 2002), hlm. 8.          
[10] Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,(Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 28.

[11] Abu Bakar, Strategi Pengajaran Mikro,(Bandung : IKIP, 1977), hlm. 165-168.
[12] E. Mulyasa, Guru Profesional, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 89-93.

[13] Dadang Sukirman, Pembelajaran Mikro, (Bandung : UPI PRESS, 2006), hlm. 208-211.
[14] Eni Purwati, dkk, Micro Teaching, (Surabaya : LAPIS-PGMI (Aprinita), 2009), hlm. 17.

[15] Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar, (Bandung : Alfabeta, 2009), hlm. 24.
[16] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), hlm. 159-160.
[17] Ibid, hlm. 163.






by: Maimun

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HIDUP ADALAH SENI MENGGAMBAR TANPA PENGHAPUS ~JOHN GARDNER~

"Hidup Adalah Seni Menggambar Tanpa Penghapus" - John Gardner- Baru saja saya tidak sengaja membaca kalimat yang sangat mengena buat saya pribadi dan bisa saya jadikan acuan dalam menjalani hidup ini. Kalimat ini saya peroleh dari tweet seorang teman, dia mengutip kalimat dari John Gardner. Saya sendiri kurang tahu apakah John Gradner yang dimaksud adalah John Gardner yang merupakan seorang novelis asal Inggris yang terkenal dengan novel-novel James Bond-nya ataukah John Gardner yang merupakan novelis asal Amerika Serikat. Entah John Gardner yang mana, yang penting kutipan kalimatnya berarti bagi saya. Kalimat John Gardner tersebut adalah berikut ini: "Life is the art of drawing without an eraser" (Bahasa Inggris) Kalau saya coba artikan dalam bahasa-bahasa lain kurang lebih artinya menjadi seperti ini: "Leven is de kunst van het tekenen zonder een gum" (Bahasa Belanda) "La vie est l'art du dessin sans une g...

MAKALAH ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (TUNADAKSA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang paling sempurna. Di antara makhluk lainnya manusialah yang memiliki bentuk dan struktur yang paling sempurna. Maka dari itu sebagai manusia yang bersyukur kita wajib menggunakan pemberian itu dengan sebaik-baiknya dengan cara merawat serta mengembangkan potensinya semaksimal mungkin pada kenyataannya masih banyak manusia yang memiliki keterbatasan dalam hal fisik maupun mental, salah satunya penyandang tunadaksa disekitar kita. Tunadaksa (cacat tubuh) adalah salah satu bentuk keterbatasan manusia yang   terjadi pada fisiknya, seperti pada sistem otot, tulang dan persendian akibat dari adanya penyakit dari kecelakaan, bawaan sejak lahir atau kerusakan di otak. Kelainan atau kecacatan yang disandang oleh seseorang memiliki dampak langsung (primer) dan tidak langsung (sekunder) baik terhadap diri anak yang memiliki kecacatan itu sendiri maupun terhadap keluarga dan masyarakat....