BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Keterampilan
berbahasa memiliki empat komponen salah satunya komponen berbicara. Kemampuan
berbicara berkembang setelah keterampilan menyimak. Kegiatan berbicara sangat
berhubungan dengan ekspresi lisan sehingga kemampuan berbicara berhubungan erat
dengan perkembangan kosa kata yang diperoleh sang anak, dimulai dari kosa kata
lalu membentuk kalimat kemudian membentuk sebuah paraghraph. Banyak cara yang
dilakukan dalam kegiatan meningkatkan berbicara yang efektif dan lugas bagi
peserta didik salah satunya diskusi kelompok.
Diskusi kelompok
sangat bermanfaat bagi perkembangan kemampuan berbicara sang anak, dimana anak
dilatih untuk berpikir secara kritis karena salah satu tujuan dari diskusi
kelompok yaitu untuk memecahkan suatu permasalahan melalui proses berpikir
kelompok. Pada intinya, diskusi kelompok adalah suatau kegiatan kerja sama atau
aktifitas untuk menyelesaikan suatu permasalahan melalui proses berpikir
kelompok yang mengandung langkah-langkah dasar tertentu yang harus dipatuhi
oleh seluruh kelompok.
Diskusi kelompok
merupakan salah satu cara dimana manusia dapat mengemukakan beberapa pendekatan
untuk mengetahui keseluruhan suatu pokok pembicaraan dengan jalan mengetahui
segala hal yang dikatakan oleh orang yang mempunyai pendapat yang berbeda dan
pengalaman-pengalaman yang berbeda, kemudian diarahkan dengan satu tujuan
pemikiran yang sama secara berkelompok.
Dalam pelaksanaan
diskusi kelompok ada beberapa teknik yang perlu dipahami oleh ketua atau
pemimpin diskusi kelompok maupun partisipan agar dalam menangani masalah tidak
mengalami kesulitan. Salah satunya dengan mengetahui tugas pemimpin diskusi
kelompok maupun partisipan dalam diskusi. Untuk itu kami menyajikan materi ini
sebagai tambahan ilmu ataupun sebagai bahan materi untuk menunjang pelaksanaan
pembelajaran mengenai diskusi kelompok dalam membahas keterampilan memimpin
diskusi kelompok besar dan kecil.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian diskusi kelompok besar dan kecil?
2.
Apa saja komponen keterampilan memimpin diskusi kelompok besar dan kecil?
3.
Apa tujuan dan manfaat keterampilan memimpin diskusi kelompok besar dan
kecil bagi siswa?
4.
Apa hal-hal yang perlu diperhatikan dan dihindari dalam keterampilan
memimpin diskusi kelompok besar dan kecil?
C.
Tujuan
1.
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Micro Teaching.
2.
Untuk mengetahui pengertian diskusi kelompok besar dan kecil.
3.
Untuk mengetahui apa saja komponen keterampilan memimpin diskusi kelompok besar
dan kecil.
4.
Untuk mengetahui tujuan dan manfaat keterampilan memimpin diskusi kelompok besar
dan kecil bagi siswa.
5.
Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dan dihindari dalam
keterampilan memimpin diskusi kelompok besar dan kecil.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Diskusi Kelompok Besar
dan Kecil
1.
Pengertian Diskusi Kelompok
Diskusi merupakan suatu metode yang diterapkan oleh guru saat mengajar di kelas
dimana dalam penerapannya adanya kerjasama antara murid dan guru itu sendiri.
Diskusi adalah suatu percakapan yang dilakukan oleh dua, tiga orang atau lebih
yang memiliki tujuan yang sama untuk memecahkan masalah.
Menurut Tohirin
(2007: 291) diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana siswa memperoleh
kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama.
Menurut Moh.
Uzer Usman diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan
sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai
pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah[1].
Menurut Dewa
Ketut Sukardi (2008: 220) diskusi kelompok adalah suatu pertemuan dua orang
atau lebih, yang ditunjukkan untuk saling tukar pengalaman dan pendapat, dan
biasanya menghasilkan suatu keputusan bersama.
Menurut
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan diskusi kelompok adalah suatu
bentuk kegiatan yang bercirikan suatu keterikatan pada suatu pokok masalah atau
pertanyaan, dimana anggota-anggota atau peserta diskusi itu secara jujur
berusaha memperoleh kesimpulan setelah mendengarkan dan mempelajari, serta mempertimbangkan
pendapat-pendapat yang dikemukakan dalam diskusi.
2. Peranan Pemimpin Diskusi Kelompok
Peranan pemimpin
diskusi kelompok antara lain:
1. Menyusun rencana diskusi baik fisik maupun non-fisik, seperti waktu,
tempat, biaya, acara, jumlah anggota, penetapan tujuan, dan alat-alat bantu yang
diperlukan.
2. Mengemukakan tujuan-tujuan diskusi termasuk penyampaian topik, tata tertib,
dan proses yang harus diikuti.
3. Memelihara, mengontrol, menilai diskusi, sehingga tetap pada jalur diskusi
yang ditentukan dan tidak menyimpang dari tujuan.
4. Mengatasi situasi-situasi sulit, misalnya pertentangan pendapat atau
pembicaraan dikuasai oleh seseorang.
5. Membuat rangkuman hasil diskusi, didalamnya tercakup semua pendapat dan
keputusan yang telah disepakati bersama, termasuk rencana diskusi berikutnya.
6. Melaporkan proses dan hasil diskusi kepada pihak pembimbing.
3.
Ciri - ciri Diskusi Kelompok yang Efektif
Keberhasilan diskusi
kelompok dapat dilihat dari segi hasil dan proses diskusi:
a. Dari segi hasilnya, diskusi yang efektif ialah :
·
Masalah yang
didiskusikan dapat terpecahkan.
·
Ada keputusan yang
dapat direalisasikan.
·
Waktu diskusi tidak
diperpanjang.
·
Semua peserta diskusi
menerima dan menghormati keputusan diskusi, meskipun di luar tempat dan waktu
diskusi.
b. Dari
segi prosesnya, diskusi yang efektif ialah:
·
Semua peserta mengambil
bagian secara aktif.
·
Pertentangan pendapat
dan ketegangan dapat diatasi,sebelum diskusi selesai.
·
Diskusi memberikan rasa
puas diantara anggotanya.
·
Keterampilan para siswa
makin bertambah.
4.
Pengertian Diskusi Kelompok Besar
Menurut Sudrajat (2010) jenis diskusi kelompok besar dilakukan dengan
memandang kelas sebagai satu kelompok. Pada diskusi kelompok besar ini, guru
sekaligus sebagai pemimpin diskusi. Siswa yang dipandang cakap, dapat saja
ditugasi guru sebagai pemimpin diskusi. Guru sebagai pemimpin diskusi, berperan
dalam memprakarsai terjadinya diskusI, untuk itu guru dapat mengajukan
permasalahan-permasalahan serta mengklarifikasinya sehingga mendorong anak
untuk mengajukan pendapat. Pada saat diskusi kelompok besar, tidak semua siswa
menaruh perhatian yang sama, karena itu tugas guru sebagai pemimpin diskusi
untuk membangkitkan perhatian anak terhadap masalah yang sedang didiskusikan.
Di samping itu, distribusi siswa yang ingin berpendapat perlu diperhatikan.
Diskusi kelompok besar dalam hal pembicaraan sering didominasi oleh anak-anak
tertentu, akibatnya tidak semua anak berkesempatan untuk berpendapat. Salah
satu cara untuk menghindari keadaan itu, pemimpin diskusi perlu mengatur
distribusi pembicaraan. Tugas terberat bagi pemimpin diskusi adalah menumbuhkan
keberanian peserta untuk mengemukakan pendapatnya. Praktik diskusi kelompok
besar tidak sedikit anak-anak yang kurang berani berpendapat dalam berdiskusi.
Terlebih bagi anak yang kurang menguasai permasalahan yang menjadi bahan
diskusi.
Tujuan yang ingin dicapai dalam diskusi kelompok besar adalah:
a. Dapat memperoleh informasi yang berharga dari teman diskusi dan pembimbing
diskusi.
b. Dapat membangkitkan motivasi dan semangat peserta diskusi atau siswa untuk
melakukan sesuatu tugas.
c. Mengembangkan kemamampuan siswa berpikir kritis,mampu melakukan analisis
dan sintesis atas data atau informasi yang diterimanya.
d. Mengembangkan keterampilan dan keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat
secara jelas dan terarah.
5.
Pengertian Diskusi Kelompok Kecil
Menurut Edi Soegiarto
dan Yuliarni Nurani diskusi kelompok kecil adalah bentuk mengajar klasikal
biasa yang memungkinkan guru dalam waktu yang sama menghadapi beberapa kelompok
kecil yang belajar secara berkelompok[2]
Diskusi kelompok kecil merupakan suatu proses yang teratur dengan
melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi yang kooperatif yang optimal dengan
tujuan berbagai informasi atau pengalaman, mengambil keputusan atau memecahkan
suatu masalah[3].
Diskusi kelompok kecil dapat dipandang sebagai sebuah variasi dari pola
interaksi yang penting dikembangkan dalam proses belajar mengajar. Variasi
proses belajar mengajar dengan cara diskusi kelompok kecil dapat
menumbuhkembangkan pemikiran peserta didik untuk berpikir lebih kritis dan
lebih rasional.
Tidak semua pembicaraan yang dilakukan oleh sekelompok kecil orang dapat
disebut sebagai diskusi. Agar dapat disebut sebagai diskusi kelompok kecil,
syarat-syarat berikut harus dipenuhi:
1)
Melibatkan kelompok yang anggotanya berkisar antara 3-9 orang.
2)
Berlangsung dalam situasi tatap muka yang informal.
3)
Mempunyai tujuan yang mengikat anggota kelompok sehingga terjadi kerja sama
untuk mencapainya.
4)
Berlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis menuju kepada
tercapainya tujuan kelompok[4].
Diskusi kelompok kecil bermanfaat bagi siswa untuk:
1)
Mengembangkan kemampuan berpikir dan berkomunikasi
2)
Meningkatkan disiplin
3)
Meningkatkan motivasi belajar
4)
Mengembangkan sikap saling membantu, dan
5)
Meningkatkan pemahaman[5].
Ada beberapa prinsip membimbing diskusi kelompok kecil yang harus
diperhatikan oleh seorang pendidik jika ingin memakai variasi diskusi kelompok
kecil dalam kelasnya:
1)
Laksanakan diskusi dengan suasana yang menyenangkan.
2)
Berikan waktu yang cukup untuk merumuskan dan menjawab permasalahan.
3)
Rencanakan diskusi kelompok kecil dengan sistematis.
4)
Bimbinglah dan posisikan diri guru sebagai teman dalam diskusi[6]
Menurut Muhammad Uzer Usman ada empat keterampilan
yang harus dimiliki oleh guru dalam mengajar keterampilan membimbing diskusi
kelompok besar dan kecil, yaitu keterampilan bertanya, keterampilan memberi
penguatan, keterampilan mengadakan variasi dan keterampilan menjelaskan.
Apabila salah satu dari empat keterampilan ini tidak dimiliki oleh guru maka
dalam membimbing diskusi kelompok kecil tidak akan terlaksana dengan baik[7].
Pada saat mengajar diskusi kelompok kecil guru
bertindak sebagai operator dalam pembelajaran tersebut. Syaiful Bahri Djamarah
mengatakan bahwa guru perlu memiliki dan menerapkan beberapa keterampilan diantaranya:
1) Keterampilan mengadakan penelitian secara pribadi.
2) Keterampilan mengorganisasi.
3) Keterampilan membimbing dan membantu.
4) Keterampilan kurikulum[8].
B. Komponen-Komponen Keterampilan Diskusi Kelompok Besar
dan Kecil
Dalam membimbing diskusi kelompok besar dan kecil
secara efektif ada beberapa komponen yang harus dimiliki oleh guru diantaranya:
1. Memusatkan perhatian,
2. Memperjelas masalah atau uraian pendapat,
3. Menganalisis pandangan,
4. Meningkatkan uraian,
5. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi,
6. Menutup diskusi[9].
Komponen tersebut
diurutkan berdasarkan proses diskusi dan setiap komponen keterampilan harus di
miliki guru dalam membimbing diskusi kelompok didalam kelas dan harus dikuasai
secara utuh. Untuk itu disini akan diuraikan lebih lanjut mengenai komponen-komponen
keterampilan membimbing diskusi kelompok besar dan kecil.
1. Memusatkan perhatian
Selama kegiatan diskusi
berlangsung guru senantiasa harus berusaha memusatkan perhatian dan aktivitas
pembelajaran siswa pada topik atau permasalahan yang didiskusikan. Setiap
pembicaraan harus dilakukan oleh anggota diskusi dan diarahkan untuk membahas
topik permasalahan yang akan dipecahkan. Maka dari itu apabila terjadi
pembicaraan yang menyimpang dari sasaran diskusi maka pemimpin diskusi harus
segera meluruskan dan mengingatkan peserta diskusi mengenai sasaran yang akan
dicapai.
Usaha memusatkan
perhatian siswa haruslah dilakukan dengan cara yang dapat membuat siswa
tertarik mengikuti pembelajaran terutama dalam diskusi kelompok kecil karna itu
dalam keterampilan memusatkan perhatian terdapat beberapa aspek yang dapat
menunjang jalannya pemusatan perhatian anak dengan baik[10].
Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam memusatkan perhatian siswa diantaranya:
a. Merumuskan tujuan diskusi yaitu merumuskan tujuan yang dicapai dan topik
diskusi, atau dapat pula menyampaikan
masalah yang mengundang pertanyaan yang mendorong peserta diskusi berpikir
untuk mencari jawabannya.
b. Menetapkan topik atau permasalahan yaitu topik yang didiskusikan diusahakan
harus menarik minat, menantang siswa dan memperhatikan tingkat perkembangan
siswa. Topik bisa dirumuskan dalam bentuk pertanyaan dan pernyataan. Melalui
topik yang dirumuskan tersebut dapat mendorong dan menggugah rasa ingin tahu
siswa sehingga akan secara aktif mencari informasi, belajar, dan memecahkannya.
c. Mengidentifikasi arah pembicaraan yang tidak relevan dan menyimpang dari
arah diskusi. Hasil dari identifikasi dapat dijadikan masukan bagi pimpinan
untuk meluruskan pembicaraan, pertanyaan, atau komentar lainnya sehingga
kegiatan diskusi senantiasa terjaga dan terfokus pada masalah diskusi.
d. Merangkum hasil diskusi, meramgkum tidak hanya pada akhir diskusi saja
tetapi selama proses diskusi berlangsung hasil pembicaraan yang ini segera
dirangkum sehingga pada akhir diskusi akan dapat menyimpulkan secara lengkap
dan akurat.
2. Menganalisis masalah atau uraian pendapat
Pada saat diskusi
berjalan kadang-kadang pertanyaan, komentar, pendapat, atau gagasan yang
disampaikan peserta diskusi ada kalanya kurang jelas sehingga selain
mengaburkan pada topik pembahasan kadang-kadang juga menimbulkan ketegangan
atau permasalahan baru dalam diskusi.
Untuk memperjelas
setiap pembicaraan dari peserta diskusi pimpinan diskusi atau guru dapat
melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menguraikan kembali pendapat atau ide yang kurang jelas sehingga menjadi
jelas dipahami oleh seluruh peserta diskusi.
b. Megajukan pertanyaan pelacak untuk meminta komentar siswa untuk lebih
memperjelas ide atau pendapat yang disampaikannya.
c. Memberikan informasi tambahan berkenaan dengan pendapat atau ide yang
disampaikannya seperti melalui ilustrasi atau contoh sehingga dapat lebih
memperjelas terhadap ide yang disampaikan itu[11].
3. Menganalisa pandangan siswa
Perbedaan pendangan
peserta didik dalam diskusi sering timbul. Perbedaan-perbedaan ini dapat
dimanfaatkan untuk memaksimalkan alternatif jawaban terhadap masalah yang
dibahas sehingga peserta didik kreatif dengan berpartisipasi aktif, untuk itu
guru dapat melakukan :
a. Meneliti apakah pandangan yang dikemukakan oleh siswa cukup memiliki dasar
argumentasi yang kuat.
b. Memperjelas hal-hal yang disepakati dan hal-hal yang tidak disepakati.
4. Meningkatkan uraian
Salah satu manfaat
dapat dipetik dari diskusi adalah melatih siswa untuk berpikir kritis dan
berpartisipasi aktif. Agar tujuan dapat tercapai maka guru sebagai pembimbing
diskusi harus mendorong siswa mempertajam atau menyempurnakan uraian yang
disampaikan. Untuk memfasilitasi keaktifan siswa ikut serta dalam kegiatan
diskusi yang dilakukan, ada beberapa aspek yang dapat ditempuh oleh guru atau
pimpinan diskusi antara lain:
a. Mengajukan pertanyaan kunci yang menantang siswa untuk berpendapat atau
mengajukan gagasannya.
b. Memberikan contoh atau ilustrasi baik bersifat verbal maupun non
verbal,dimana melalui contoh atau ilustrasi tersebut mengugah siswa untuk
berpikir.
c. Menghangatkan suasaana diskusi dengan memunculkan pertanyaan yang
memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat diantara sesama anggota kelompok.
d. Memberi waktu yang cukup bagi setipa anggota kelompok untuk berpikir dan
menyampaikan buah pikirannya.
e. Memberikan perhatian kepada setiap pembicara sehinggga merasa dihargai dan
dengan demikian dapat lebih mendorong siswa untuk berpartisipasi memberikan sumbang
pemikiran untuk forum diskusi yang dilakukan.
5. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
Apabila pembicaraaaan
dalam diskusi hanya dimonopoli oleh peserta didik tertentu maka proses diskusi
tidak akan berjalan lancar atau tidak efektif dan efffesien. Oleh karena itu
untuk mendorong partisipasi secara aktif dari setiap anggota kelompok dapat
dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Memberi stimulus yang ditujukan kepada siswa tertentu yang belum
berkesempatan menyampaikan pendapatnya,sehingga siswa tersebut terdorong untuk
mengeluarkan buah pikirannya.
b. Mencegah monopoli pembicaraan hanya kepada orang-orang tertentu dengan cara
terlebih dahulu memberi kesempatan kepada siswa yang dianggap pendiam untuk
berbicara.
c. Mendorong siswa untuk merespon pembicaraan dan temannya yang lain sehingga
terjadi komunikasi dan interaksi diantara peserta diskusi.
d. Menghindari respon siswa yang bersifat serentak agar setiap siswa secara
individu dapat mengemukakan pikirannya secara bebas berdasarkan pemahaman yang
dimilikinya[12].
6. Menutup diskusi
Kegiatan terakhir dari
diskusi adalah menutup diskusi. Diskusi dikatakan efektif dan efesien apabila
semua peserta diskusi dapat menyampaikan ide atau pemikirannya sehingga setelah
berakhir didapatkan kesimpulan sebagai hasil berpikir bersama. Adapun
kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh guru dalam menutup diskusi adalah:
a. Membuat rangkuman sebagai kesimpulan atau pokok-pokok pikiran.
b. Menyampaikan catatan tindak lanjut dari kegiatan diskusi yang telah
dilakukan baik dalam bentuk aplikasi maupun rencana diskusi pada pertemuan
berikutnya.
c. Melakukan penilaian terhadap proses maupun hasil diskusi yang dilakukan
seperti melalui observasi, wawancara, skala sikap dan lainnya[13].
C. Tujuan dan Manfaat Keterampilan Memipin Diskusi
Kelompok Besar dan Kecil bagi Siswa
Tujuan memimpin diskusi kelompok besar dan kecil adalah:
a. Setiap peserta dapat saling berbagi informasi atau pengalaman dalam
menjelajahi gagasan baru atau masalah yang harus dipecahkan oleh mereka.
b. Peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk berpikir
dan berkomunikasi.
c. Peserta didik terlibat dalam perencanaan dan penganbilan keputusan[14].
Ada bebrapa manfaat bagi siswa dalam melaksanakan
diskusi kelompok besar dan kecil antara lain:
a. Mengembangkan kemampuan berpikir dan berkomunikasi.
b. Meningkatkan disiplin.
c. Meningkatkan motivasi belajar.
d. Mengembangkan sikap saling membantu.
e. Meningkatkan pemahaman[15].
D.
Hal-Hal yang Perlu Diperhatiakan
dan Dihindari dalam Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Besar dan Kecil
Hal-hal yang perlu diperhatikan guru dalam diskusi kelompok besar dan kecil
agar dapat efektif dan efisien adalah guru harus sering menjalankan fungsinya
sebagai pembimbing. Sebagai pembimbing, yang harus diperhatikan guru adalah
sebagai berikut:
1.
Diskusi Harus Dilakukan dalam Suasana Terbuka
Diskusi yang baik harus dilaksanakan dalam suasana bebas terpimpin, suasana
intim yang ditandai dengan kehangatan antar pribadi, kesediaan menerima
pendapat orang lain, menghargai pendapat orang, antusias terhadap topik
diskusi, memiliki kesempatan untuk berpartisipasi, dan menikmati diskusi.
2.
Perlunya Perencanaan yang Meliputi:
a)
Pemilihan topik atau masalah yang akan didiskusikan. Untuk ini tiga hal
yang perlu dipertimbangkan, adalah: minat anak didik, kemampuan anak didik, dan
bermakna.
b)
Dapat memastikan bahwa guru dan anak didik telah memiliki latar belakang
informasi untuk mendiskusikan topik secara baik. Pada permulaan diskusi,
kelompok dapat menentukan apa yang dapat dihasilkan dari diskusi, dan dapat
memecahkan topik menjadi subtopik untuk diteliti sebelumnya.
c)
Diskusi kelompok kecil harus dipersiapkan secara baik; diperlukan
narasumber, pertanyaan kunci dan bahan yang tepat untuk mengatur sikuen
diskusi, yang bertujuan membimbing dan memberi stimulasi pada tanggapan anak
didik.
d)
Dalam mempersiapkan diskusi, ditetapkan dulu besarnya kelompok. Dalam hal
ini tidak ada ketentuan yang pasti berapa besar anggota kelompok. Semuanya
dapat dipengaruhi oleh pengalaman, kedewasaan, keterampilan anggota, intensitas
minat dalam diskusi, latar belakang pengetahuan topik, tingkat keserasian
kelompok, pemahaman, dan keterampilan guru dalam memimpin diskusi kelompok
kecil.
e)
Pengaturan tempat duduk. Untuk meningkatkan perhatian dan partisipasi, anak
didik harus duduk saling berhadapan sehingga dapat saling melihat atau
memandang[16].
Selain hal-hal yang perlu diperhatikan di atas, guru juga harus
memperhatikan hal-hal yang perlu dihindari dalam memimpin diskusi kelompok
besar dan kecil, yaitu:
a)
Menyelenggarakan diskusi dengan topik yang tidak sesuai dengan minat dan
latar belakang pengetahuan anak didik.
b)
Mendominasi diskusi melalui pertanyaan yang terlalu banyak, dan menyediakan
jawaban yang terlalu banyak juga, sehingga anak didik tidak diberi kesempatan.
c)
Membiarkan anak didik tertentu memonopoli diskusi.
d)
Gagal berdiskusi karena rendahnya sumbangan pikiran anggota dalam artian
membiarkan peserta didik tidak aktif.
e)
Membiarkan diskusi menyimpang jauh dari topik pembicaraan.
f)
Tergesa-gesa meminta respons siswa atau mengisi waktu dengan terus berbicara,
sehingga siswa tak sempat berpikir.
g)
Mengabaikan anak didik untuk mengklasifikasi, untuk memperbaiki,
memperluas, dan menyumbangkan pikiran mereka.
h)
Gagal mengakhiri diskusi secara produktif dengan rangkuman yang baik dan
menutup secara efisien[17].
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Diskusi kelompok adalah suatu bentuk kegiatan yang bercirikan suatu
keterikatan pada suatu pokok masalah atau pertanyaan, dimana anggota-anggota
atau peserta diskusi itu secara jujur berusaha memperoleh kesimpulan setelah
mendengarkan dan mempelajari, serta mempertimbangkan pendapat-pendapat yang
dikemukakan dalam diskusi. Keberhasilan diskusi
kelompok dapat dilihat dari segi hasil dan proses diskusi. Diskusi kelompok
terbagi menjadi dua bagian, yaitu diskusi kelompok besar dan kecil. Jenis
diskusi kelompok besar dilakukan dengan memandang kelas sebagai satu kelompok.
Sedangkan diskusi kelompok kecil merupakan pembagian dari kelompok besar yang
dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Komponen dalam memimpin diskusi kelompok
besar dan kecil ada 6, yaitu memusatkan perhatian, memperjelas masalah atau
uraian pendapat, menganalisis pandangan, meningkatkan uraian, menyebarkan
kesempatan berpartisipasi, dan menutup diskusi. Tujuan dan manfaat memimpin
diskusi kelompok besar dan kecil adalah setiap peserta dapat saling berbagi
informasi atau pengalaman dalam menjelajahi gagasan baru atau masalah,
mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk berpikir dan berkomunikasi,
peserta didik terlibat dalam perencanaan dan penganbilan keputusan,
meningkatkan disiplin, meningkatkan motivasi belajar, mengembangkan sikap
saling membantu, dan meningkatkan pemahaman. Hal-hal yang perlu diperhatiakan dan dihindari dalam
keterampilan memimpin diskusi kelompok besar dan kecil adalah berkaitan dengan
diskusi harus dilakukan dalam suasana terbuka, dan perencanaan dalam melalukan
diskusi kelompok besar dan kecil.
B.
Saran
1.
Seorang calon dan seorang guru harus memiliki keterampilan dalam memimpin
diskusi dalam kelompok besar dan kecil.
2.
Pembagian kelompok diskusi kecil sebaiknya ditentukan secara merata
anak-anak yang aktif dan pasif, sehingga tidak ada suatu kelompok atau siswa
yang mendominasi berbicara dalam berdiskusi, dapat mengaktifkan siswa dan sikap
toleransi serta sifat sosial diantara mereka.
[1] Moh Uzer
Usman, Menjadi Guru Profesional,
(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 94.
[2]
Edi Soegiarto dan Yuliarni Nurani, Kemampuan
Dasar Mengajar, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2002) hlm. 11-12.
[3]
Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 1995), hlm. 88.
[4] Udin S. Winatapura, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta :
Universitas Terbuka, 2002), hlm. 20-21.
[7]
Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional,
(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm.108.
[8]
Syaiful Bahri Djamrah, Guru dan Anak
Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm.6.
[9] Udin S. Winata Saputra, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta
: UT, 2002), hlm. 8.
[10]
Trianto, Model-Model Pembelajaran
Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,(Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007),
hlm. 28.
[11] Abu Bakar, Strategi Pengajaran Mikro,(Bandung : IKIP, 1977), hlm. 165-168.
[12] E. Mulyasa, Guru Profesional,
(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 89-93.
[13] Dadang Sukirman, Pembelajaran Mikro, (Bandung : UPI
PRESS, 2006), hlm. 208-211.
[14] Eni Purwati, dkk, Micro Teaching,
(Surabaya : LAPIS-PGMI (Aprinita), 2009), hlm. 17.
[15] Hamid Darmadi,
Kemampuan Dasar Mengajar, (Bandung : Alfabeta, 2009), hlm. 24.
[16] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta
: Rineka Cipta, 2010), hlm. 159-160.
Komentar
Posting Komentar