Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Taktik dalam Mengajar
1.
Pengertian Pendekatan
Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris approach yang
memiliki beberapa arti di anataranya diartikan dengan ’pendekatan’. Di dalam
dunia pengajaran, kata approach lebih tepat diartikan a way of
beginning something ‘cara memulai sesuai’. Karena itu, istilah pendekatan
dapat diartikan cara memulai pembelajaran.
Pendekatan ialah mengacu kepada seperangkat asumsi mengenai cara
belajar-mengajar. Pendekatan merupakan titik tolak dalam memandang sesuatu,
suatu filsafat atau keyakinan yang tidak selalu mudah membuktikannya.
Jadi, pendekatan bersifat aksiomatis (Badudu 1996:17). Aksiomatis artinya
bahwa kebenaran kebenaran teori-teori yang digunakan tidak dipersoalkan lagi.
Pendekatan pembelajaran (teaching approach) adalah suatu ancangan atau
kebijaksanaan dalam memulai serta melaksanakan pengajaran suatu bidang
studi/mata pelajaran yang memberi arah dan corak kepada metode pengajarannya
dan didasarkan pada asumsi yang berkaitan.
v
Macam-macam Pendekatan
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan,
yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach).
(2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher
centered approach).
Pendekatan dibedakan menjadi 2, yaitu pendekatan umum dan pendekatan
khusus.
a. Pendekatan Umum, yaitu pendekatan yang
berlaku bagi semua bidang studi di suatu sekolah program. Contoh pendekatan
umum yang ditetapkan kurikulum antara lain:
1) Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
Pengajaran ini mengutamakan keaktifan siswa selama
proses belajar mengajar berlangsung.
2) Pendekatan Keterampilan Proses
Pengajaran ini tidak hanya ditujukan untuk penguasaan
tujuan, tetapi juga penguasaan keterampilan untuk mencapai tujuan tersebut
(keterampilan proses).
3) Pendekatan
Spiral
Pendekatan ini mengatur pengembangan materi yang
dimulai dengan jumlah kecil yang terus meningkat. Dengan kata lain, dari materi
dasar berkembang terus hingga materi lanjut.
4) Pendekatan Tujuan
Pengajarannya dimulai dengan penetapan tujuan,
terutama tujuan-tujuan operasional. Berdasarkan tujuan-tujuan itulah ditentukan
bahan, metode, teknik, dan sebagainya.
b. Pendekatan
khusus, yaitu pendekatan yang berlaku untuk bidang studi tertentu,
misalnya pendekatan khusus pembelajaran bahasa Indonesia. Beberapa contoh
pendekatan khusus yang pernah digunakan dalam pembelajaran bahasa misalnya:
1)
pendekatan komunikatif,
2)
pendekatan struktural,
3)
pendekatan Iisan
(ora!),
4)
pendekatan langsung,
5)
pendekatan tak
langsung,
6)
pendekatan alamiah.
2.
Pengertian Strategi
Istilah strategi berasal dari Yunani strategia ’ilmu perang’ atau
’panglima perang’. Selanjutnya strategi diartikan sebagai suatu seni merancang
operasi di dalam peperangan, seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat
berperang angkatan darat atau laut. Strategi dapat diartikan pula
sebagai suatu keterampilan mengatur suatu kejadian atau hal ikhwal (Hidayat
2000:1). Antony (dalam Hidayat 2000: 1) menyatakan bahwa strategi adalah suatu
teknik yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Secara umum strategi
diartikan suatu cara, teknik, taktik, atau siasat yang dilakukan seseorang atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Pringgowidagda
2002: 88). Dick dan Carey (1985) yang dikutip oleh Suparman (1993:155)
mengatakan bahwa suatu strategi pembelajaran menjelaskan komponen-komponen umum
dari suatu set bahan pembelajaran dan prosedur-prosedur yang akan digunakan
bersama bahan-bahan tersebut untuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada
siswa.
Strategi pembelajaran berkenaan dengan pendekatan pengajaran dalam
mengelola kegiatan pembelajaran untuk menyampaikan materi atau isi pelajaran
secara sistematik sehingga kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa
secara efektif dan efisien. Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa
strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan
guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan
efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008)
menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan.
Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang
keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
v Macam-macam Strategi
Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua
bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual
learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008).
Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran
dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran
deduktif. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk
mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan
kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something”
sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya
(2008).
3. Pengertian Metode
Istilah metode berasal dari bahasa Yunani methodos ’jalan’, ’cara’.
Karena itu, metode diartikan cara melakukan sesuatu. Dalam dunia pembelajaran,
metode diartikan ’cara untuk mencapai tujuan’. Jadi, metode pembelajaran
dapat diartikan sebagai cara-cara menyeluruh (dari awal sampai akhir) dengan urutan
yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran. Jadi, metode merupakan cara melaksanakan pekerjaan, sedangkan
pendekatan bersifat filosofis, atau bersifat aksioma. Dengan demikian, metode
bersifat prosedural. Artinya, menggambarkan prosedur bagaimana mencapai tujuan-tujuan
pengajaran.
Metode pembelajaran diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
v
Macam-macam Metode
Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah, (2)
demonstrasi, (3) diskusi, (4) simulasi, (5) eksperimen, (6) ekspositori, (7)
brainstorming, (8) debat, (9) belajar kooperatif, dan sebagainya.
4. Pengertian Teknik
Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka
mengimplementasikan suatu metode. Misalnya, cara yang bagaimana yang harus
dilakukan agar metode ceramah yang dilakukan berjalan efektif dan efisien.
Dengan demikian sebelum seorang melakukan proses ceramah sebaiknya
memperhatikan kondisi dan situasi.
Teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang
dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan
metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan
teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan
metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan
penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang
siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal
ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang
sama.
5. Pengertian Taktik
Taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau
teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua
orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda
dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak
diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi,
sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak
menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang
itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari
masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian
dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah
ilmu sekaligus juga seni (kiat).
v
Pengertian Student
Centered Approach
Pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah
pembelajaran dengan menggunakan sepasang perspektif, yaitu fokus pada individu
pembelajar (keturunan, pengalaman, perspektif, latar belakang, bakat, minat,
kapasitas, dan kebutuhan) dengan fokus pada pembelajaran (pengetahuan yang
paling baik tentang pembelajaran dan bagaimana hal itu timbul serta tentang
praktek pengajaran yang paling efektif dalam meningkatkan tingkat motivasi,
pembelajaran, dan prestasi bagi semua pembelajar. Fokus ganda ini selanjutnya
memberikan informasi dan dorongan pengambilan keputusan pendidikan.
Berdasarkan prinsip dasar pembelajaran berpusat pada
siswa, maka untuk memberikan gambaran yang jelas tentang perbedaan orientasi
antara pembelajaran berpusat pada siswa dan pembelajaran yang tidak berpusat
pada siswa, diciptakan dua profil berlawanan, yaitu (a) profil guru dengan
asumsi berpusat pada siswa dan (b) profil guru dengan asumsi tidak berpusat
pada siswa.
v
Pengertian Teacher
Centered Approach
Teacher-centered approach adalah suatu pendekatan belajar yang
berdasar pada pandangan bahwa mengajar adalah menanamkan pengetahuan dan
keterampilan (Smith, dalam Sanjaya, 2008: 96). Cara pandang bahwa pembelajaran
(mengajar) sebagai proses menyampaikan atau menanamkan ilmu pengetahuan ini
memilih beberapa ciri sebagai berikut. Pertama, memakai pendekatan berpusat pada
guru atau teacher-centered approach. Dalam TCA gurulah yang harus menjadi pusat
dalam KBM. Dalam TCA, guru memegang peran sangat penting. Guru menentukan
segalanya. Mau diapakan siswa? Apa yang harus dikuasai siswa, semua tergantung
guru. Bahkan seorang guru di TCA memiliki hak legalitas keabsahan pengetahuan
(yang benar itu seperti yang dikatakan guru). Oleh karena itu pentingnya peran
guru, maka biasanya proses pengajaran hanya akan berlangsung manakala ada guru,
dan tak mungkin ada pembelajaran apabila tidak ada guru. Sehubungan dengan
pembelajaran yang berpusat pada guru, minimal ada tiga peran utama yang harus
dilakukan guru, yaitu:
1)
guru
sebagai perencana
2)
sebagai
penyampai informasi
3)
sebagai
evaluator.
Selain guru sebagai pusat yang menentukan segalanya dalam
pembelajaran, ciri lain adalah siswa ditempatkan sebagai objek belajar. Siswa
dianggap sebagai organisme yang pasif, yang belum memahami apa yang harus
dipahami, sehingga dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk memahami
segala sesuatu yang disampaikan guru. Peran siswa adalah sebagai penerima
informasi yang diberikan guru. Jenis pengetahuan dan keterampilan kadang tidak
mempertimbangkan kebutuhan siswa, akan tetapi berangkat dari pandangan yang
menurut guru dianggap baik dan bermanfaat.
Sebagai objek belajar, kesempatan siswa untuk mengembangkan kemampuan sesuai dengan bakat dan minatnya, bahkan untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya menjadi terbatas. Sebab dan proses pembelajaran segalanya diatur dan ditentukan oleh guru.
Sebagai objek belajar, kesempatan siswa untuk mengembangkan kemampuan sesuai dengan bakat dan minatnya, bahkan untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya menjadi terbatas. Sebab dan proses pembelajaran segalanya diatur dan ditentukan oleh guru.
Ciri yang ketiga adalah kegiatan pembelajaran terjadi pada tempat
dan waktu tertentu. Misalnya dengan penjadwalan yang ketat, siswa hanya belajar
manakala ada kelas yang telah didesain sedemikian rupa sebagai tempat belajar.
Adanya tempat yang telah ditentukan, sering pengajaran terjadi sangat formal,
siswa duduk di bangku berjejer, dan guru didepan kelas. Demikian juga hanya
dalam waktu yang diatur sangat ketat. Misalnya manakala waktu belajar satu
materi tertentu telah habis, maka segera siswa akan belajar materi lain sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan. Cara mengajarinya pun seperti
bagian-bagian yang terpisah, seakan-akan tak ada kaitannya antara materi
pelajaran yang satu dengan lainnya.
Ciri keempat, tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran.
Keberhasilan suatu proses pengajaran diukur dari sejuah mana siswa dapat
menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Materi pelajaran itu sendiri
adalah pengetahuan yang bersumber dari materi pelajaran yang disampaikan di
sekolah. Sedangkan mata pelajaran itu sendiri merupakan pengalaman-pengalaman
manusia masa lalu yang disusun secara sistematis dan logis, kemudian diuraikan
dalam buku-buku pelajaran dan selanjutnya isi buku itu harus dikuasai siswa.
Kadang-kadang siswa tidak perlu memahami apa gunanya mempelajari bahan
tersebut. Oleh karena kriteria keberhasilan ditentukan oleh penguasaan materi
pelajaran, maka alat evaluasi yang digunakan biasanya adalah tes hasil belajar
tertulis (paper and pencil test) yang dilaksanakan secara periodik.
by: Maimun
Komentar
Posting Komentar